Manusia
Manusia di dunia ini memegang peranan unik dan dapat dipandang dari banyak segi. Seperti dalam ilmu eksata, menurut ilmu kimia manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-parikel atom yang membentuk jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia, menurut ilmu fisika manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi, menurut ilmu ekonomi manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus, menurut ilmu sosial manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri, menurut ilmu politik manusia merupakan makhluk yang selalu ingin mempunya kekuasaan, dalam ilmu filsafat manusia sering disebut homo humanus, dan lain sebagainya.
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan orang tua. Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Ada dua pandangan yang dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur unsur yang membangun manusia.
1) Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu :
Hakekat manusia itu adalah tercipta sebagai Makhluk, produk dari Tuhan. Setiap apa yang diciptakan oleh penciptanya haruslah tunduk dan taat kepada aturan yang ditetapkan oleh pembuatnya. Karena manusia adalah produk Tuhan maka fitrah yang harus ditaati adalah tunduk patuh dan taat terhadap setiap apa-apa yang diperintahkan dan menghindari setiap apa yang dilarang.
1) Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwa lepas dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada didalam tubuh manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
2) Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika di bandingkan dengan makhluk lainnya
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh pencipta-Nya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat didalam jiwa manusia. Dalam diri manusia ada dua macam perasaan, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapa pada manusia misalnya :
Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan keindahan.
Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan
Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri kerena ada kelebihan dari yang lain.
Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat.
Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.
3) Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau nteraksi faktor-faktor hayati dan budayawi.
4) Makhluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkaraya
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksisrensilisme” memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah makhluk alamiah yang terkait dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah pula
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis, dan religius.
Kepribadian Bangsa Timur
Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan barat dan kebudayaan timur. Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajah dunia, menguasai wilyah luas di Afrika, Asia, dan Oseania, dan memantapkan pemerintah-pemerintah jajahan mereka dimana-mana. Semua kebudayaan di luar kebudayaan kebudayaan mereka di Eropa Barat disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawannya kebudayaan mereka sendiri yang mereka sebut kebudayaan barat
Orang orang yang sering mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara populer, biasanya menyangka bahwa kebudayaan timur lebih memetingkan kebidupan kerohanian, mistik, pikiran preologis, keramahtamahan dan gotong royong.
Berikut ini bagan mengenai psiko-sosiogram manusia menurut Prof.Dr.Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul kebudayaan, mentalis, dan pembangunan, halaman 128.
C.Kluckhon di dalam karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Sistem Religi (sistem kepercyaan)
Merupakan produk manusia sebagai homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut, sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
Merupakan produk manusia dari homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama meningkatkan kesejahteraan hidupnya
3. Sistem Pengetahuan
Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu juga didapat dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat-ingat apa yang telah diketahui kemudian menyampaikan kepada orang lain melalui bahasa, menyebabkan pengetahuan menybar luas. Lebih-lebih jika pengetahuan itu di bukukan, maka penyebarannya dapat dilakukan ke generasi satu ke generasi berikutnya.
4. Sitem mata pencaharian hidup dan sistem sistem ekonomi
Merupakan produk manusia homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
Merupakan produk manusia dari faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat membuat dan mempergunakan alat. Dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
6. Bahasa
Merupakan produk manusia dari homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan.
7. Kesenian
Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus. setelah manusia dapat memenuhi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan. dan hal itu dapat dipenuhi dengan kesenian.
Masalah lain yang juga penting tentang kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan bahwa, kebudayaan dapat dibedakan dalam dua bentuk wujudnya. Pertama kubudayaan badaniah (material), dan kedua kebudayaan rohaniah (spiritual).
Wujud Kebudayaan
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu :
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2. Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau di observasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial.
3. Wujud sebagai benda :
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhon dalam karyanya Variation in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal meanyngkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
1) Hakekat hidup manusia (MH)
Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem; ada yang berusaha untuk memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup”
2) Hakekat karya manusia (MK)
Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda beda, diantaranya ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi .
3) Hakekat waktu manusia (WM)
Hakekat waktu manusia untuk setiap kebudayaan berbeda; ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa yang akan datang.
4) Hakekat alam manusia (MA)
Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan manusia harus harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah kepada alam.
5) Hakekat hubungan manusa (MN)
Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik secara horizontal (sesamanya) maupun vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh) ada pula yang berpandangan indiviualistis (menilai tinggi kekuatan sendiri)
Perubahan Kebudayaan
Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Terjadinya gerak / perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :Manusia di dunia ini memegang peranan unik dan dapat dipandang dari banyak segi. Seperti dalam ilmu eksata, menurut ilmu kimia manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-parikel atom yang membentuk jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia, menurut ilmu fisika manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi, menurut ilmu ekonomi manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus, menurut ilmu sosial manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri, menurut ilmu politik manusia merupakan makhluk yang selalu ingin mempunya kekuasaan, dalam ilmu filsafat manusia sering disebut homo humanus, dan lain sebagainya.
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan orang tua. Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Ada dua pandangan yang dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur unsur yang membangun manusia.
1) Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu :
- Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat di lihat, disentuh, dan menempati ruang dan waktu.
- Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak.
- Ruh, yaitu : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
- Nafs, dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu : kesadaran tentang diri sendiri
2) Manusia sebagai kepribadian mengandung 3 unsur, yaitu :
- Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni, atau energi psikis alami yang irasional, secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran, tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar.
- Ego, merupakan bagan atau struktur kepribadian yang pertama dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
- Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Superego merupakan kesatuan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua.
Hakekat manusia itu adalah tercipta sebagai Makhluk, produk dari Tuhan. Setiap apa yang diciptakan oleh penciptanya haruslah tunduk dan taat kepada aturan yang ditetapkan oleh pembuatnya. Karena manusia adalah produk Tuhan maka fitrah yang harus ditaati adalah tunduk patuh dan taat terhadap setiap apa-apa yang diperintahkan dan menghindari setiap apa yang dilarang.
1) Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwa lepas dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada didalam tubuh manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
2) Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika di bandingkan dengan makhluk lainnya
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh pencipta-Nya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat didalam jiwa manusia. Dalam diri manusia ada dua macam perasaan, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapa pada manusia misalnya :
Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan keindahan.
Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan
Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri kerena ada kelebihan dari yang lain.
Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat.
Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.
3) Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau nteraksi faktor-faktor hayati dan budayawi.
4) Makhluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkaraya
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksisrensilisme” memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah makhluk alamiah yang terkait dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah pula
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis, dan religius.
Kepribadian Bangsa Timur
Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan barat dan kebudayaan timur. Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajah dunia, menguasai wilyah luas di Afrika, Asia, dan Oseania, dan memantapkan pemerintah-pemerintah jajahan mereka dimana-mana. Semua kebudayaan di luar kebudayaan kebudayaan mereka di Eropa Barat disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawannya kebudayaan mereka sendiri yang mereka sebut kebudayaan barat
Orang orang yang sering mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara populer, biasanya menyangka bahwa kebudayaan timur lebih memetingkan kebidupan kerohanian, mistik, pikiran preologis, keramahtamahan dan gotong royong.
Berikut ini bagan mengenai psiko-sosiogram manusia menurut Prof.Dr.Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul kebudayaan, mentalis, dan pembangunan, halaman 128.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayan jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai ”segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya “. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalamanyang di pelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial, yang merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu (Keesing, jilid 1, 1989; hal 68)
Kebudayaan dengan demikian mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang sifatnya material, seperti peralatan-peralatan kerja dan teknologi, maupun yang non-material seperti nilai kehidupan dan seni-seni tertentu.
Seorang antropolog yaitu E.B.tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir.
Koentjara mengatakan, bahwa kebudayaan antara lain berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi perkertinya.
A.L Krober dan C.Kluckhon mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
C.A.Van Peursen mengatakan, bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam, melainkan selalu mengubah alam.
Kroeber dan Kluckhon mendefinisikan kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secra tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan tediri atas tradisi dan cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Secara praktis bahwa kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama (vital).
Unsur-Unsur KebudayaanKebudayan jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai ”segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya “. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalamanyang di pelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial, yang merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu (Keesing, jilid 1, 1989; hal 68)
Kebudayaan dengan demikian mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang sifatnya material, seperti peralatan-peralatan kerja dan teknologi, maupun yang non-material seperti nilai kehidupan dan seni-seni tertentu.
Seorang antropolog yaitu E.B.tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir.
Koentjara mengatakan, bahwa kebudayaan antara lain berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi perkertinya.
A.L Krober dan C.Kluckhon mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
C.A.Van Peursen mengatakan, bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam, melainkan selalu mengubah alam.
Kroeber dan Kluckhon mendefinisikan kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secra tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan tediri atas tradisi dan cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Secara praktis bahwa kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama (vital).
C.Kluckhon di dalam karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Sistem Religi (sistem kepercyaan)
Merupakan produk manusia sebagai homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut, sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
Merupakan produk manusia dari homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama meningkatkan kesejahteraan hidupnya
3. Sistem Pengetahuan
Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu juga didapat dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat-ingat apa yang telah diketahui kemudian menyampaikan kepada orang lain melalui bahasa, menyebabkan pengetahuan menybar luas. Lebih-lebih jika pengetahuan itu di bukukan, maka penyebarannya dapat dilakukan ke generasi satu ke generasi berikutnya.
4. Sitem mata pencaharian hidup dan sistem sistem ekonomi
Merupakan produk manusia homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
Merupakan produk manusia dari faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat membuat dan mempergunakan alat. Dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
6. Bahasa
Merupakan produk manusia dari homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan.
7. Kesenian
Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus. setelah manusia dapat memenuhi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan. dan hal itu dapat dipenuhi dengan kesenian.
Masalah lain yang juga penting tentang kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan bahwa, kebudayaan dapat dibedakan dalam dua bentuk wujudnya. Pertama kubudayaan badaniah (material), dan kedua kebudayaan rohaniah (spiritual).
Wujud Kebudayaan
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu :
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2. Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau di observasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial.
3. Wujud sebagai benda :
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhon dalam karyanya Variation in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal meanyngkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
1) Hakekat hidup manusia (MH)
Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem; ada yang berusaha untuk memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup”
2) Hakekat karya manusia (MK)
Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda beda, diantaranya ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi .
3) Hakekat waktu manusia (WM)
Hakekat waktu manusia untuk setiap kebudayaan berbeda; ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa yang akan datang.
4) Hakekat alam manusia (MA)
Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan manusia harus harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah kepada alam.
5) Hakekat hubungan manusa (MN)
Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik secara horizontal (sesamanya) maupun vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh) ada pula yang berpandangan indiviualistis (menilai tinggi kekuatan sendiri)
Perubahan Kebudayaan
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
- Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut
- Jika pandangan hidup dan nilai-niali yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus diesnsor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
- Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
- Suatu unsur kebudayaan diterimanya jika sebelumnya sudah ada unsur unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut
- Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
- Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyrakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
- Sebab-sebab perubahan lingkungan dan alam fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah lebih cepat.
- Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga kerena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Secara sederhana hubungan manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun mereka berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahawa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan manusia dengan peraturan peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi makan manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dangan hubungan antara manusia dengan masyrakat dinyatakan sebagai dialektis, maskudnya saling terkait satu sama lain. Proes dialektis ini tercipta melalui tiga tahap, yaitu :
1. Eksternalisasi : proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buat manusia.
2. Obyektivasi : proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Internalisasi : prose dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
sumber : Widyo Nugroho dan Achmad Muchji; MKDU : Ilmu Budaya Dasar.