1. Konsep Sehat
Konsep sehat menurut Parkins
(1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi
tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan menurut White
(1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.
WHO pun mengembangkan defenisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunannya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Sehat dapat dikatakan, sutatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ), intelektual (IQ)l, spritual (SQ) dan sosial. Dari pernyataan diatas sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, berikut pemahamannya:
WHO pun mengembangkan defenisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunannya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Sehat dapat dikatakan, sutatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ), intelektual (IQ)l, spritual (SQ) dan sosial. Dari pernyataan diatas sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, berikut pemahamannya:
- Emosi : Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan. Mampu mendisiplinkan diri.
- Intelektual : Dikatakan sehat secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan
- Sosial : Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama.
- Fisik : Diakatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun.
- Mental : Diartikan sebagai kemampuan berfikir dengan jernih dan koheren. Istilah inidibedakan dari kesehatan emosional dan sosial, meskipun ada hubungan yangerat di antara ketiganya.
- Spiritual : Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional.
2. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah Kesehatan mental merupakan
suatu cerminan pemahaman masyarakat tentang gangguan mental dan tindakan yang
diberikan. Ada beberapa pandangan mesyarakat terhadap gangguan mental di dunia
barat :
- Akibat kekuatan supranaturalDirasuki oleh roh/setan
- Dianggap kriminal karena memiliki derajat kebinatangan yang besar
- Dianggap memilaiki cara berpikir irrasional.
- Dianggap sakit
- Merupaka reaksi terhadap tekanan/stress maladaptif
- Melarikan diri dari tanggung jawab
Seperti apakah
penyakit mentla yang dialami pada zaman purba? Ada suatu spekulasi bahwa
beberapa gejala penyakit mental saat ini sama dan sangat mirip dengan yang ada
pada saat itu. Pada zamannya, manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan
baik mental maupun fisik seperti infeksi arthritis, penyakit pernapasan dan
usus. Tetapi penyakit mental pada saat itu benar benar ditangani cara pandang
mereka adalah merawatnya sama seperti penyakit fisik, karena berfikir
bahwa mental dan fisik disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat,
halilintar atau mantera-mantera musuh. Jadi tindakan perawatan yang diberikan
untuk penyakit bauk mental maupun fisik adalah seperti menggosok, menjilat,
menghisap, memotong dan membalut. Atau dengan cara lain yang terpikirkan oleh
kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya, atau ia sendiri seperti menggunakan
salep, mantera, obat keras dan sihir.Tetapi masih diperlakukan secara
manusiawi.
Peradaban-peradaban Awal
Dalam peradaban yang
dikenal di Mesir, Mesopotamia , India, Cina dan lainnya sepanjang zaman kuno
(dari 5000 SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal umum. Di
Mesopotamia, penyakit mental dihubungkan dengan roh atau setan dan perawatannya
dilakukan dengan upacara-upacara agama dan magis agar setan keluar dari tubuh
si pasien. Sedangkan di Mesir, ilmu kedokteran agak lebih maju dan rasional.
Contohnya seperti yang otak digambarkan untuk pertama kalinya dan diketahui
juga peranannya dalam proses mental,dan disana juga dikembangkan terapi untuk
pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan juga psikoterapi untuk
mengobati penyakit mental. Sedangkan di Yahudi, penyakit mental diartikan
sebagai suatu hukuman dari Tuhan dan hanya diobati dengan bertaubat. Tapi
perhatian orang Yahudi juga memperhatikannya dari segi kemanusiaan dan ilmu
kedokteran, bahkan pada tahun 490 M didirikan rumah sakit di Yerusalem
untuk para pasien penyakit mental.Tapi sampai sejaarah modern belakangan ini,
sumbangan sumbangan yang besar terhadap kesehatan fisik dan mental manusia
datang dari orang Yunani. Beberapa pandangan dalam pemikiran Yunani yang sangat
penting yaitu dengan dilakukannya penelitian dan terminologi psikiatri modern.
Abad Pertengahan (Abad Gelap)
Pada abad
pertengahan, gangguan mental tidak dianggap sebagai penyakit. Banyak kebiasaan
yang telah dilakukan dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak dilanjutkan,dan hal
yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan malah dihidupkan
kembali. Exorcisme pada abad ini digunakan sebagai perawatan orang yang
mengalami gangguan mental. Yaitu dengan menggunakan mantra- mantra dan
jimat-jimat.pada tahun 1600an (dan sebelumnya) : Orang yang sakit secara
mental dahulu kala dianggap sebagai “orang yang kesurupan” yang mengalami
gangguan mental dimasuki oleh roh-roh. Maka dari itu penyembuhannyapun juga
melalui healer, shaman atau penyembuh yang lebih dikenal dengan istilah dukun.
Zaman Renaisans
Saat para pasien sakit
mental tenggelam dalam dunia takhayul, zaman ini tepatnya digambarkan sebagai
“terang dalam kegelapan”. Di Switzerland, mengakui penyebab rasional penyakit
mental dan menolak adanya kaitan dengan demonology. Di Prancis, lebih
menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa para pasien sakit
mental,menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit
fisik.Tahun 1724 : Pendeta Cotton Mather menjelaskan masalah kejiwaan
yang menyebabkan gangguan yang terjadi di dalam tubuh sekaligus mematahkan takhayul
yang berkembang selama ini.
Abad XVII – Abad XX
Pada abad ini masih
merupakan proses peralihan dan pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah
terhadap penyakit mental karena memang tidak terjadi dalam waktu yang singkat.
Disini dipusatkan pada klasifikasi dan system, suatu hal yang mungkin sama
dengan analisis system. Kekangan-kekangan yang sangat kejam terhadap para
pasien sakit mental dan menyarankan agar memberikan perawatan yang manusiawi
terhadap orang-orang gila di Jerman sangat ditentang. Tahun 1812 : Benjamin
Rush menjadi orang pertama yang mencoba menangani penyakit mental secara
manusiawi. Lalu di Inggris, muncul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa
dengan perkembangan teori dan teknik untuk menangani orang sakit jiwa ini di
rumah sakit. walaupun dalam prakteknya sering mengalami kegagalan sehingga
lambat launpun muncul masa terapi pesimisme.Tahun 1908 : Clifford Beers
yang pernah menjadi pasien rumah sakit jiwa dengan penanganan yang benar maupun
yang salah mengeluarkan buiku “A Mind That Found Itself”. Buku tersebut
langsung memberikan efek yaitu menyebarkan visinya mengenai gerakan kesehatan
mental. Beers lalu mendirikan Masyarakat Connecticut yang merupakan akar dari
Asosiasi Kesehatan Mental Nasional dan pada tahun 1950 diteruskan untuk
melanjutkan mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental dan
mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.
Psikiatri
Pada tahun 1900- an,
gangguan mental dianggap sebagai bukan penyakit. Dilakukannya usaha untuk
menolong para pasien sakit mental tetapi akhir abad itu dokter-dokter belum
menemukan penyebab atau pencegahan, penyembuhan, atau perawatan yang efektif
terhadap penyakit mental meskipun mereka telah mengklasifikasikan beribu-ribu
macam kekalutan mental. Selama abad ke-19 perkembangan dalam kesehatan mental
terjadi pada 4 bidang umum : perlakuan terhadap pasien sakit mental yang lebih
manusiawi dan rasional oleh masyarakat, langkah-langkah untuk memperbaiki
lembaga untuk penyakit mental, perhatian para penulis besar dan filsuf yang
berpengaruh terhadap psikologi dan tingkah laku manusia, dan suatu system
klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan mental. Tahun 1952 : Obat
antipsikotik konvensional pertama, chlorpromazine diperkenalkan untuk pertama kalinya
dan digunakan untuk menangani pasien skizofrenia dan gangguan mental utama
lainnya. Juga adanya pengenalan obat-obat antipsikotik konvensional. Selain itu
media Inggris juga mengungkapkan kesehatan mental melalui orang-orang yang
pernah mengalaminya
Tahun 1979 : NAMH menjadi the National Mental Health Association (NAMH).
3. Pendekatan
Kesehatan Mental
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya
digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi
tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang
tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan
mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan
masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang
gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu
tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu
mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik
kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan
itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya
seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental.
Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
Orientasi
Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi
penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks
lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma
lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat
atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat
mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit
mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya
batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan
relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu
dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang
diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang
bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan
agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya
tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat
dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat
mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya?
Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat
mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita
pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang
sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu
saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang.
Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau
tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya
kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata
lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari
pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau
‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah
makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan
mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan.
Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya
tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang
dalam lingkungannya.
Orientasi
Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf
kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya
sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali
utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran
semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan
adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada
pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan.
Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat
tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan
Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental
dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan
jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan
masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus.
Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk
mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan
menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika
kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh
aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan
sosial.
4. Teori
Kepribadian Sehat
Kepribadian Sehat Berdasarkan Aliran Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk
model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun
Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tengtang
struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya
yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita
lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan
dalam perilaku dan pikiran. menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan
dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual dan apabila dorongan – dorongan ini
tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga
memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan
tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang
tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci dari
psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan –
gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode
analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud didasari pada
keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat
dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku.
Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang
berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
- Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
- Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Freud mengumpamakan pikiran manusia
sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air
menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan
air yang menggambarkan ketidaksadaran aeperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal
lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
Meskipun masing-masing bagian dari
kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme,
dan mekanismenya sendiri, namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain
sehingga sulit (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai
sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu
merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut, jarang salah
satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut
psikoanalisis:
- Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
- Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan dengan belajar.
- Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego.
- Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
- Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan.
Kepribadian Sehat Menurut Aliran Behavioristik
Behaviorisme juga disebut psikologi S
– R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek
psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang
perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori
Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958).
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting :
- Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
- Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari, menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
- Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Kepribadian yang sehat menurut
behavioristik:
- Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
- Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
- Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
- Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
Aliran Humanistik
Memahami dan menjelaskan pandangan aliran Humanistik dalam tentang kepribadian
yang sehat serta mampu membedakan aliran Psikoanalisa,Behaviortistik dan
Humanistik tentang kepribadian yang sehat.
Ahli-ahli psikologi pertumbuhan kebanyakan memandang
diri mereka sebagai ahli-ahli psikologi humanistik telah memiliki suatu
pandangan yang segar terhadap kodrat manusia. Apa yang mereka lihat adalah
suatu tipe orang yang berbeda dari apa yang di gambarkan oleh behaviorisme dan
psikoanalisis, bentuk-bentuk psikologi tradisional.
Ahli-ahli psikologi humanisik semakin kritis
terhadap tradisi-tradisi ini, karena mereka percaya bahwa behaviorisme dan
psikoanalisismemberikan pandangan-pandangan terbatas tentang kodrat manusia,
mengabaikan puncak-puncak yang akan didaki oleh orang-orang yang memiliki
potensi. Tuduhan dari pengeritik-pengeritik ini adalah bahwa behaviorisme
memperlakukan manusia sebagai suatu mesin “ suatu sistem kompleks yang
bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum”.
Individu digambarkan sebagai suatu organisme yang
tersusun baik, teratur, dan ditemtukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas,
kegembiraan hidup, dan kreativitas, seperti suatu alat pengatur napas.
Psikoanalisis telah memberi kepada kita hanya sisi yang sakit atau pincang dari
kodrat manusia karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neurotis dan
psikotis. Freud dan orang-orang yang megikuti ajaran-ajarannyamemepelajari
kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat yang
paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Baik behaviorisme maupun psikoanalisis
tidakberbicara mengenai potensi kita untuk bertumbuh, keinginan kita untuk
menjadi lebih baik atau lebih banyak daripada yang ada. Tentu saja, segi-segi
pandangan ini memberikan suatu gambaran yang pesimistis tentang kodrat manusia.
Kita dilihat oleh para behavioris sebagi orang-orang yang memberikan respons
secra pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan oleh ahli-ahli
psikoanalisis sebagai korban dari kekuatan-kekuatan biologis dan konflik-konflik
masa kanak-kanak. Konsep kepribadian yang sehat sangat penting. Isinya sulit,
menantang, dan kompleks, penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui dan
kebenaran-kebenaran setengah-setengah, dan sudah pasti merupakan suatu metode
dan juga khayalan. Seperti telah diketahui, konsep itu menggambarkan topik yang
berusaha mencakup kepribadian manusia.
Pendapat Allport
Beliau lebih optimis tentang kodrat manusia dan ia
memperlihatkan keharuan yang luar biasa terhadap manusia. Sifat-sifat tampak
bersumber pada anak-anaknya. Orang tuanya menekankan kerja keras dan kesalihan,
dan mereka membentuknya dengan kerja keras dan kasih sayang. Semangat peri
kemanusian di tanamkan pada keluarga mereka dan Allport yang masih muda
dituntut untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam
masalah-masalah kehidupan.
Teori-teori yang dikembangkan oleh Allport banyak direduksi dari pengalaman pribadinya, seperti pandangannya tentang teori kodrat kepribadian. Allport menggambarkan kodrat manusia terdiri dari beberapa komponen dasar seperti pandangan yang positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Disinilah letak perbedaan pandangan antara Frued dan Allport, dia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh pikiran-pikiran bawah sadar, kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi.
Teori-teori yang dikembangkan oleh Allport banyak direduksi dari pengalaman pribadinya, seperti pandangannya tentang teori kodrat kepribadian. Allport menggambarkan kodrat manusia terdiri dari beberapa komponen dasar seperti pandangan yang positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Disinilah letak perbedaan pandangan antara Frued dan Allport, dia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh pikiran-pikiran bawah sadar, kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi.
Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar
itu merupakan pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang yang
neuritis. Akan tetapi individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional
dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan
dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Allport berpendapat bahwa sebagian dari kepribadian
manusia hanya sedikit yang besar dari dorongan yang sehat. Organisme perlu
mempertahankan suatu tingkat kepuasan tertentu untuk mendorong unsur biologis
terhadap makanan, air, seks,dan tidur. Apabila orang itu sehat, maka ia
membutuhkan makananan dan istirahat. Selanjutnya apabila orang itu sakit maka
ia akan membutuhakan aktivitas yang baru dan mulai mengerjakan suatu kegemaran.
Membaca sebuah buku yang membangkitkan semangat, dan melakukan aktivitas-aktivitas
yang lain.
Istilah proprium dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”. Proprium menunjukkan sesuatu yang dimilki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai diri yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”. Intilah inilah yang kemudian membedakan konsep Allport dengan konsep-konsep lainnya. Proprium diri jasmaniah
Istilah proprium dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”. Proprium menunjukkan sesuatu yang dimilki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai diri yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”. Intilah inilah yang kemudian membedakan konsep Allport dengan konsep-konsep lainnya. Proprium diri jasmaniah
Proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa
adolesens melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua perkembangan telah muncul
sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam satu konsep yaitu
proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri”. Dan munculnya
proprium merupakan satu persyaratan untuk suatu kepribadian yang sehat. Ketujuh
tingkata proprium tersebut antara lain :
Terjadi secara berangsur-angsur, dengan makin bertambah
kompleksnya belajar dan pengalaman-pengalaman perceptual, maka berkembanglah
suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hal
lain ‘diluar lainnya’. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya,
orang-orang disekitarnya dan benda-benda, perbedaan ini menjadi jelas.
Kira-kira pada usia 15 bulan munculnya tingkat pertama perkembangan proprium.
Kesadaran akan “saya jasmaniah” tersebut Allport menyebutnya “jangkar abadi
untuk kesadaran diri kita”.
- Identitas diri
Pada tingkatan kedua ini seseorang mulai sadar akan
identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Allport
berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama
orang. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya
dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
- Harga diri
Merupakan tingkat ketiga dari perkembangan proprium,
yang menyangkut perasaan bangga dari diri anak sebagai suatu hasil dari belajar
mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini
merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan; apabila orang tua
menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang
timbul dapat dirusakkan. Akibat timbul dari peraaan dihina dan marah. Inti
munculnya harga diri ialah kebutuhan akan otonomi.
- Perluasan diri (self extention)
Pada tingkatan ini anak mulai mempelajari arti dan
nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”.
Dan ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan
memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan.
- Gambaran diri
Berkembang pada tingkat selanjutnya. Hal ini
menunjukkan bagaimana seseorang melihat dirinya dan pendapatnya tentang
dirinya.
- Diri sebagai pelaku rasional
Pada tingkatan ini aturan-aturan dan harapan-harapan
baru dipelajari dari guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting
ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual.
Anak belajar dapat memecahkan masalah dengan mengunakan proses-proses yang
logis dan rasional.
- Perjuangan proprium (propriate striving)
Tingkat ini merupaka tingkat terakhir dalam
perkembangan diri - timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan
suatu masa yang sangat menentukan. Segi yang sangat penting dari pencarian
identitas adalah definisi suatu tujuan hidup.
Kemampuan menghindari reaksi berlebihan terhadap
masalah (Emotional security).
Masalah disini adalah masalah yang menyinggung drives spesifik (misalnya, menerima dorongan seks, memuaskan sebaik mungkin, tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang. Realistic perceptions, skill, assignments, kemampuan memandang orang, obyek dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah , memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi diri lainnya.
Masalah disini adalah masalah yang menyinggung drives spesifik (misalnya, menerima dorongan seks, memuaskan sebaik mungkin, tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang. Realistic perceptions, skill, assignments, kemampuan memandang orang, obyek dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah , memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi diri lainnya.
Pendapat Carl Rogers
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam
dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self.
Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah
kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu.
Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi
tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita).
Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self
tidak terlalu jauh. Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian
yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan
fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi
pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai
dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat
kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai
dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya.
Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan,
jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322).
Peranan positif regard adalah sebagai suatu
kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak
terdorong untuk mencari positive regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan
dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari
orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi
menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional
positive regard (tak bersyarat).
Sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being) :
Sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being) :
- Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang
menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi
baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang
positip maupun negative.
- Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang
terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru,
dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas
pengalaman selanjutnya.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri,
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman
itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya
benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap
segi dari suatu situasi dengan sangat baik. Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak
pada perhatiannya yang semata -mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan
pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers
berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat
dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di
dalamnya.
Pendapat Abraham Maslow
Beliau dapat dipandang sebagai bapak dari Psikologi
Humanistik ini. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap Psikologi behavioristik
dan Psikoanalisis. Menurut Maslow Psikologi harus lebih manusiawi,
yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi
harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang Nampak, juga
mempelajari erilaku yang tidak Nampak. Mempelajari ketidak sadaran sekaligus
mempelajari kesadaran. Introspeksi sebagai suatu metoda penelitian yang telah
disingkirikan, harus dikembalikan lagi sebagai metoda penelitian psikologi.
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi
Humanistik, yaitu:
- Memusatkan perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
- Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
- Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
- Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu.
- Psikologi humanistik tidak mengagungkan metode statistik dan serba rata-rata tetapi melihat pada yang mungkin dan harus ada.
- Psikologi humanistik tidak berlebihan melakukan penelitian eksperimen pada binatang tetapi pada kodrat manusia beserta sifat-sifat manusia yang positif.
Aliran humanistik ini lebih memandang manusia
sebagai pribadi yang unik atau kreatif dan dapat mengembangkan dirinya ke yang
lebih baik lagi sesuai dengan kemampuannya dan cenderung punya pandangan yang
segar tentang manusia.
Pendapat Eric Fromm
Kepribadian sehat menurut Eric Fromm adalah teori
yang menggunakan pendekatan sosial psikologis dimana pemusatan perhatianya pada
penguraian cara-cara dimana struktur dan dinamika-dinamika masyarakat tertentu
membentuk para anggotanya sehingga karakter para anggota tersebut sesuai dengan
nilai yang ada pada masyarakat. Karena pada dasarnya manusia terpisah dari
alam dan dari sesamanya maka cara mempersatukan adalah melalui belajar
bagaimana mencitai atau bagaimana meemukan keamanan dengan menyelaraskan
keinginannya dengan masyarakat yang otoriter, karna manusia adalah mahluk yang
memiliki kesadran pikiran akal sehat daya akal, kesanggupan untuk mencintai,
perhatian tanggung jawab integritas bisa di lukai mengalami kesedihan sehingga
apbila dalam kaitanya manusia kurang dalam menanggapi hal yang di sebutkan
tersebut maka manusia tersebut bisa di katakan tidak sehat secara mental menurut
Eric fromm.
Kebutuhan dasar manusia menurut eric fromm :
- Kebutuhan akan keberhubungan kebutuhan ini adalah secara spesifik aktif dan produktif mencintai orang lain.
- Kebutuhan akan trandensi mengungguli alam menjadi mahluk yang kreatif Kebutuhan akan kemantapan ingin meiliki rasa bersahaja pada dunia dan orang lain supaya dapat beradaptasi di dunia.
- Kebutuhan akan idenditas berusaha untuk memiliki rasa idenditas personal dan keunikan guna menciptakan rasa yang terlepas dari dunia.
- Kebutuhan akan kerangka orientasi untukmencptakan rasa yang terlepas dari dunia. Hal kebutuhan tersebut adalah sifat alamiah dari manusia menurut fromm dan ini berubah saat evolusi namun manivestasi dari kebutuhan ini adalah akan memunculkan potensi-potensi batiniah di tentukan oleh aturan-aturan sosial di mana ia hidup dan kepribadian seseorang berkembang menurut kesempatan-kesempatan yang di berikan kepadanya oleh masyarakat tertentu.
Daftar Pustaka :
- Dra. Siti Sundari HS. M.Pd, 2005. Kesehatan Mental. Jakarta: Rineka Cipta.
- Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
- Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama
- Siswanto,Spsi.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta : Andi
- sumber
- sumber