A. PENGANTAR
1. Definisi Manajemen
Mendefinisikan manajemen ada
berbagai ragam, ada yang mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen pengurusan dan lain sebagainya. Pengertian
manajemen dapat dilihat dari tiga pengertian :
- Manajemen sebagai suatu proses.
- Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia.
- Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni
a. Manajemen sebagai suatu
proses. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian
menurut :
---Encylopedia of the social
science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
dilaksanakan dan diawasi.
---Haiman, manajemen yaitu fungsi
untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha
yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
---Georgy R. Terry, yaitu cara
pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan
orang lain.
b. Manajemen sebagai kolektivitas
yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang
disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap
terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut
Manajer.
c. Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana aktivitas manajemen
dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari manajemen. Pengertian manajemen sebagai
suatu ilmu dan seni dari :
---Chaster I Bernard dalam
bukunya yang berjudul The function of the executive, bahwa manajemen yaitu seni
dan ilmu, juga Henry Fayol, Alfin Brown Harold, Koontz Cyril O’donnel dan
Geroge R. Terry.
---Marry Parker Follett
menyatakan bahwa manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu koordinasi
semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan
tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
2. Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda
tergantung pada sudut pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti
yang bersangkutan, misalnya dari perspektif individual dan aspek dari fenomena
yang paling menarik perhatian mereka. Stogdill (1974: 259) menyimpulkan bahwa
terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah
orang yang telah mencoba mendefinisikannya. Lebih lanjut, Stogdill (1974: 7-17)
menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam
berbagai macam definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya.
Misalnya, dengan mengutip pendapat beberapa ahli, Paul Hersey dan Kenneth H
Blanchard (1977: 83-84) mengemukakan beberapa definisi kepemimpinan, antara
lain :
---Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang
lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P
Terry).
---Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain
agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell).
---Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang
terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah
tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik).
Untuk lebih mendalami pengertian kepemimpinan, di
bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan lainnya seperti yang
dikutip oleh Gary Yukl (1996: 2), antara lain:
---Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada
di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz
dan Kahn).
---Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan
(Rauch dan Behling).
---Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap
usaha kolektif yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan Jacques).
Menurut Wahjosumidjo (1984: 26) butir-butir pengertian
dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna :
---Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri
seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian,
kemampuan, dan kesanggupan.
---Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin
yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin
itu sendiri.
---Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau
interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.
Dari berbagai definisi yang ada, maka dapat dikatakan
bahwa Kepemimpinan adalah :
- Seni untuk menciptakan kesesuaian paham
- Bentuk persuasi dan inspirasi
- Kepribadian yang mempunyai pengaruh
- Tindakan dan perilaku
- Titik sentral proses kegiatan kelompok
- Hubungan kekuatan/kekuasaan
- Sarana pencapaian tujuan
- Hasil dari interaksi
- Peranan yang dipolakan
- Inisiasi struktur
Berbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan atau
definisi kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat
dari sudut pendekatan apapun mempunyai sifat universal dan merupakan suatu
gejala sosial.
3. Teori Kepemimpinan Contingency FIEDLER (Matching
Leaders and Tasks)
Fiddler mendefinisikan efektivitas pemimpin dalam hal performa grup dalam
mencapai tujuannya. Fiddler membagi tipe pemimpin menjadi 2 : >> yang berorientasi
pada tugas dan >> yang berorientasi pada maintenance. Dari observasi ini ditemukan
fakta bahwa tidak ada korelasi konsisten antara efektifitas grup dan perilaku
kepemimpinan.
Pemimpin
yang berorientasi pada tugas akan efektif pada 2 set kondisi.
---Pada set
yang pertama, pemimpin ini sangat memiliki hubungan yang baik dengan
anggotanya, tugas yang didelegasikan pada anggota sangat terstruktur dengan
baik, dan memiliki posisi yang tinggi dengan otoritas yang tinggi juga. Pada
keadaan ini, grup sangat termotivasi melakukan tugasnya dan bersedia melakukan
tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya.
---Pada set
yang kedua, pemimpin ini tidak memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya,
tugas yang diberikan tidak jelas, dan memiliki posisi dan otoritas yang rendah.
Dalam kondisi semacam ini, pemimpin mempunyai kemungkinan untuk mengambil alih
tanggung jawab dalam mengambil keputusan, dan mengarahkan anggotanya.
Kepemimpinan
tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin
mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi2 yg spesifik.Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi
yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak
ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik.
Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yg paling efektif mungkin
akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya.
Penerimaan
kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin
kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal
yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.
Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tsb harus
dipertimbangkan.
Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC
yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektip
dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi
kepada orang/hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat
rendah ataupun sangat tinggi.
Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih
efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
4. Model Kepemimpinan Normatif Menurut VROOM dan YETTON
(Normative Theory: Decision Making and Leader Effectiveness: Vroom &
Yetton, 1973)
Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah
membuat keputusan. Karena keputusan2 yg dilakukan para pemimpin sering kali
sangat berdampak kpd para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari
efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat
menentukan keberhasilan ybs melaksanakan tugas2 pentingnya. Pemimpin yang mampu
membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding
dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Dalam
mengambil keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan bawahannya? Dengan kata
lain seberapa jauh para bawahannya diajak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan?
Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi
bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja,
mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.Namun seberapa jauh
partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan akan diberikan pemimpinnya?
Jawabannya adalah Normative Theory dari Vroom and Yetton.
Vroom dan Yetton (1973) mengembangkan model
kepemimpinan normatif dalam 3 kunci utama: metode taksonomi kepemimpinan,
atribut-atribut permasalahan, dan pohon keputusan (decision tree). 5 tipe kunci
metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973) :
---Autocratic I : membuat keputusan dengan menggunakan informasi
yang saat ini terdapat pada pemimpin.
---Autocratic II : membuat keputusan dengan menggunakan
informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu
menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
---Consultative I : berbagi akan masalah yang ada dengan
individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan
mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
---Consultative II : berbagi masalah dengan kelompok,
mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan
kemudian membuat keputusan.
---Group II : berbagi masalah yang ada dengan kelompok,
mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun
yang dibuat oleh kelompok.
Tidak ada satupun dari metode ini
yang dianggap terbaik untuk diterapkan pada berbagai situasi. Para pemimpin harus mencocokkan metode kepemimpinan dengan situasi
yang ada. Ada 7 atribut dari situasi yang harus diambil dalam memutuskan metode
kepemimpinan seperti apa yang harus digunakan (Vroom & Yetton, 1973) :
- Adakah kualitas lain yang lebih rasional daripada solusi yang telah ada?
- Apakah saya memiliki informasi dan keahlian yang cukup untuk membuat sebuah keputusan yang berkualitas tinggi?
- Apakah masalahnya terstruktur?
- Apakah penerimaan subordinat saya terhadap keputusan yang saya buat akan mempengaruhi efektivitas dalam implementasi keputusan saya?
- Jika saya harus membuat keputusan sendiri, apakah keputusan saya dapat diterima secara beralasan oleh subordinat saya?
- Apakah subordinat saya memiliki tujuan organisasi yang sama dengan saya saat memecahkan masalah ini?
- Apakah konflik akan terjadi di kalangan subordinat saya ketika solusi ini terpilih?
Jawaban-jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut terspesifikasi melalui metode
kepemimpinan macam apa yang paling tepat diterapkan pada situasi tertentu.
Jawaban “ya” dan “tidak” akan mengarah pada pohon keputusan (decision tree)
yang membantu pemimpin untuk melanjutkan tanggungjawabnya. Aturan Yang
Dirancang Untuk Mendukung Dan Melindungi Hasil Penerimaanm Keputusan ; Vroom
& Yetton, 1973:
- Penerimaan Aturan: Jika penerimaan oleh bawahan sangat penting untuk pelaksanaan yang efektif, menghilangkan gayaotokratis.
- Konflik Aturan: Jika penerimaan oleh bawahan sangat penting untuk pelaksanaan yang efektif, dan mereka memegang pendapat yang saling bertentangan atas sarana untuk mencapai beberapa tujuan, menghilangkan gaya otokratis.
- Keadilan Aturan: Jika kualitas keputusan penerimaan tidak penting tapi penting, gunakan gaya yang paling partisipatif.
- Penerimaan Aturan Prioritas: Jika penerimaan sangat penting dan tidak pasti hasil dari keputusan otokratis, dan jika súbor-dinates tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang sangat partisipatif.
5. Teori Path-Goal Dalam Kepemimpinan
Sekarang ini salah satu pendekatan yang paling
diyakini adalah teori path-goal, teori path-goal adalah
suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House, yang
menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan pada inisiating
structure dan consideration serta teori pengharapan
motivasi.
Menurut teori path-goal, suatu
perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada tingkatan yang ditinjau oleh
mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu atau masa mendatang. Perilaku
pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang (1) membuat bawahan merasa butuh
kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif, dan (2) menyediakan ajaran,
arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam kinerja efektif (Robins,
2002).
Bawahan sering berharap pemimpin membantu mengarahkan
mereka dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain bawahan berharap para pemimpin
mereka membantu mereka dalam pencapaian tujuan2 bernilai mereka. Ide di atas
memainkan peran penting dalam House’s path-goal theory yang menyatakan bahwa
kegiatan2 pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas dan mengurangi atau
menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan persepsi para bawahan bahwa
bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yg baik dan kinerja yg baik tsb
selanjutnya akan diakui dan diberikan ganjaran.
Model kepemimpinan path-goal berusaha
meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model ini,
pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif,
kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya disebut
sebagai path-goal karena memfokuskan pada bagaimana pimpinan
mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri,
dan jalan untuk menggapai tujuan.
Model path-goal menjelaskan bagaimana
seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan melaksanakan tugas dengan menunjukkan
bagaimana prestasi mereka dapat digunakan sebagai alat mencapai hasil yang
mereka inginkan. Teori Pengharapan (Expectancy Theory) menjelaskan
bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha
dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal
attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika
melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan
dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Model path-goal juga
mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu
bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi. Model path-goal menganjurkan
bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar :
- Fungsi Pertama; adalah memberi kejelasan alur. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan di dalam menyelesaikan tugasnya.
- Fungsi Kedua; adalah meningkatkan jumlah hasil (reward)bawahannya dengan memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka.
Untuk
membentuk fungsi-fungsi tersebut, pemimpin dapat mengambil berbagai gaya kepemimpinan.
Empat perbedaan gayakepemimpinan dijelaskan dalam model path-goal sebagai
berikut (Koontz et al dalam Kajanto, 2003) :
- Instrumental (directive) Instrumental (directive): suatu pendekatan yang berfokus pada penyediaan bimbingan tertentu, menetapkan jadwal kerja dan aturan. Pemimpinan memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberitahukan jadwal kerja yang harus disesuaikan dan standar kerja, serta memberikan bimbingan/arahan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan pengawasan
- Supportive Mendukung: sebuah gaya terfokus pada membangun hubungan baik dengan bawahan dan memuaskan kebutuhan mereka. Pemimpin bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang keberadaan mereka, status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi, sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang menyenangkan di antara anggota kelompok. Kepemimpinan pendukung (supportive) memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka sedang mengalami frustasi dan kekecewaan.
- Participative Partisipatif: suatu pola di mana pemimpin berkonsultasi dengan bawahan, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran-saran dan ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Kepemimpinan partisipatif dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.
- Achievement-oriented Prestasi berorientasi: suatu pendekatan di mana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mencari perbaikan dalam kinerja. Gayakepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta terus menerus mencari pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan tersebut.
Terdapat dua
faktor situasional yang diidentifikasikan kedalam model teori path-goal,
yaitu: personal characteristic of subordinate and environmental
pressures and demmand(Gibson, 2003).
- Karakteristik Bawahan
Pada faktor
situasional ini, teori path-goal memberikan penilaian bahwa
perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan jika para bawahan melihat
perilaku tersebut akan merupakan sumber yang segera bisa memberikan kepuasan
atau sebagai suatu instrumen bagi kepuasan-kepuasan masa depan. Karakteristik
bawahan mencakup tiga hal, yakni :
- Letak Kendali (Locus of Control) : Hal ini berkaitan dengan keyakinan individu sehubungan dengan penentuan hasil. Individu yang mempunyai letak kendali internal meyakini bahwa hasil (reward) yang mereka peroleh didasarkan pada usaha yang mereka lakukan sendiri. Sedangkan mereka yang cenderung letak kendali eksternal meyakini bahwa hasil yang mereka peroleh dikendalikan oleh kekuatan di luar kontrol pribadi mereka. Orang yang internal cenderung lebih menyukai gayakepemimpinan yang participative, sedangkan eksternal umumnya lebih menyenangi gaya kepemimpinan directive.
- Kesediaan untuk Menerima Pengaruh (Authoritarianism) : Kesediaan orang untuk menerima pengaruh dari orang lain. Bawahan yang tingkat authoritarianism yang tinggi cenderung merespon gaya kepemimpinan yang directive, sedangkan bawahan yang tingkat authoritarianism rendah cenderung memilih gayakepemimpinan partisipatif.
- Kemampuan (Abilities) : Kemampuan dan pengalaman bawahan akan mempengaruhi apakah mereka dapat bekerja lebih berhasil dengan pemimpin yang berorientasi prestasi (achievement-oriented) yang telah menentukan tantangan sasaran yang harus dicapai dan mengharapkan prestasi yang tinggi, atau pemimpin yang supportiveyang lebih suka memberi dorongan dan mengarahkan mereka. Bawahan yang mempunyai kemampuan yang tinggi cenderung memilih gaya kepemimpinan achievement oriented, sedangkan bawahan yang mempunyai kemampuan rendah cenderung memilih pemimpin yang supportive.
- Karakteristik Lingkungan
- Perilaku tersebut akan memuaskan kebutuhan bawahan sehingga akan memungkinkan tercapainya efektivitas dalam pelaksanaan kerja.
- Perilaku tersebut merupakan komplimen dari lingkungan para bawahan yang dapat berupa pemberian latihan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan untuk mengidentifikasikan pelaksanaan kerja.
- Struktur Tugas : Struktur kerja yang tinggi akan mengurangi kebutuhan kepemimpinan yang direktif.
- Wewenang Formal : Kepemimpinan yang direktif akan lebih berhasil dibandingkan dengan participative bagi organisasi dengan strktur wewenang formal yang tinggi.
- Kelompok Kerja : Kelompok kerja dengan tingkat kerjasama yang tinggi kurang membutuhkan kepemimpinan supportive.
Dengan
menggunakan salah satu dari empat gaya di atas, dan dengan
memperhitungkan faktor-faktor seperti yang diuraikan tersebut, seorang pemimpin
harus berusaha untuk mempengaruhi persepsi para karyawan atau bawahannya dan
mampu memberikan motivasi kepada mereka, dengan cara mengarahkan mereka pada
kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan
kerja yang efektif.
MenurutPath-Goal Theory, dua variabel situasi yang
sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para
bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan
dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih
sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan
dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi
yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi,
tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.
B. PERENCANAAN PENETAPAN MANAJEMEN
1. Definisi Perencanaan Manajemen
Defnisi perencanaan sebagai salah satu
proses, seperti yang dikemukakan Garth N. Jone adalah sebagai berikut:
“planning is the process of selecting and developing the best course to
accomplish an objective”. Artinya, perencanaan adalah proses pemilihan dan
pengembangan dari tindakan yang paling baik/menguntungkan untuk mencapai
tujuan. Kemudian perencanaan sebagai fungsi manajemen dikemukakan oleh Mc.
Farland sebagai berikut: “ planning is the function whereby executive
anticipate the probable effect of forces that will change the activities and
objective of their business”. Artinya, perencanaan adalah fungsi
pimpinannya berkemungkinan menggunakan pengaruh dari kewenangannya, yang dapat
mengubah kegiatan dan tujuan organisasi. Selanjutnya perencanaan sebagai suatu
keputusan dikemukakan oleh W.H. Newman; “planning is deciding in advance
what to be done, that is plan, it is projected a course of action”. Artinya
, perencanaan dalah keputusan apa yang akan dikerjakan untuk waktu yang akan
datang, yaitu suatau rencana yang diproyeksikan dalam suatu tindakan.
Perencanaan mempunyai lima karakteristik, yaitu pertama, perencanaan
meliputi indentifikasi personal dan organizational; kedua, perencanaan
erat kaitannya dengan kondisi yang relative pasti dan tidak pasti; ketiga, perencanaan
dalah bersifat intelektual; keempat, perencanaan menyangkut hal-hal masa
depan; dan kelima, perencanaan bersifat menembus (pervasive) dan
berkesinambungan.
Tanpa adanya fungsi perencanaan,
fungsi-fingsi manajemen lainnya tidak akan ada artinya, karena tanpa ada
perencanaan tidak ada pekerjaan pengorganisasian, aktuasi(penggerak),serta
pengawasan. Oleh sebab itu, fungsi perencanaan menjadi landasan pokok bagi
fungsi-fungsi manajemen lainnya. Dengan adanya fungsi perencanaan,
kegiatan-kegiatan dalam manajemendapat dilakukan secara efisisen dn efektif,
sehingga dapat membantu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian
perencanaan dapat dilihat sebagai fungsi manajemen, sebagai suatu keputusan,
dan sebagai suatu proses. Perencanaan dapat membantu para manajer dalam
pengambilan keputusan dan melakukan suatu tindakan yang akan diambil.
Klasifikasi Perencanaan Manajerial
2. Langkah-langkah
dalam menyusun perencanaan manajemen
- Tahap 1:
Menentukan tujuan atau
serangkaian tujuan.
Perencanaan dimulai
dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan perusahaan. Tanpa
rumusan tujuan yang jelas, penggunaan sumber daya perusahaan tidak efektif.
- Tahap 2:
Merumuskan keadaan
saat ini.
Pemahaman akan kondisi
perusahaan sekarang dan tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya-sumber daya
yang tersedia untuk pencapaian tujuan, adalah sangat penting. Karena tujuan dan
rencana menyangkut waktu akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini
dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan kegiatan lebih lanjut.
Tahap kedua ini memerlukan informasi terutama keuangan dan data statistik.
- Tahap 3:
Mengindentifikasikan
segala kemudahan dan hambatan.
Segala kekuatan dan
kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu di identifikasikan, untuk mengukur
kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, perlu diketahui
faktor-faktor lingkungan dalam dan luar yang dapat membantu perusahaan mencapai
tujuannya, atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan,
antisipasi keadaan, masalah dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi
di waktu mendatang, adalah bagian penting dari proses perencanaan.
- Tahap 4:
Mengembangkan rencana
atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Tahap akhir dalam
proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai pilihan kegiatan untuk
pencapaian tujuan, penilaian pilihan kegiatan terbaik (paling
memuaskan) di antara pilihan yang ada.
3. Manfaat perencanaan dalam suatu organisasi
Manfaat perencanaan pada dasarnya adalah suatu proses pengambilan
keputusan sehubungan dengan hasil yang diinginkan, dengan penggunaan sumber daya
dan pembentukan suatu sistem komunikasi yang memungkinkan pelaporan dan
pengendalian hasil akhir serta perbandingan hasil-hasil tersebut dengan rencana
yang di buat.
Banyak kegunaan dari pembuatan perencanaan yakni terciptanya
efesiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan perusahaan, dapat melakukan
koreksi atas penyimpangan sedini mungkin, mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang timbul menghindari kegiatan, pertumbuhan dan perubahan yang tidak terarah
dan terkontrol.
4. Jenis-jenis perencanaan
dalam organisasi
Perencanaan ini terdiri dari :
- Perencanaan strategis
Rencana strategis yaitu rencana yang dikembangkan untuk mencapai tujuan
strategis. Tepatnya, rencana strategis adalah rencana umum yang mendasari
keputusan alokasi sumber daya, prioritas, dan langkah-langkah tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan strategis.
- Perencanaan taktis
Adalah rencana ditujukan untuk mencapai
tujuan taktis, dikembangkan untuk mengimplementasikan bagian tertentu dari
rencana strategis. Rencana strategis pada umumnya melibatkan manajemen tingkat
atas dan menegah dan jika dibandingkan dengan rencana strategis, memiliki
jangka waktu yang lebih singkat dan suatu fokus yang lebih spesifik dan nyata
- Perencanaan operasional
Adalah rencana yang menitikberatkan pada
perencanaan rencana taktis untuk mencapai tujuan operasional. Dikembangkan oleh
manajer ingkat menegah dan tingkat bawah, rencana operasional memiliki fokus
jangka pendek dn lingkup yang relatif lebih sempit. Masing-masing rencana
operasional berkenaan dengan suatu rangkaian kecil aktivitas. Kami menjelaskan
perencanaan dengan lebih mendekati pada bagian selanjutnya.
Perencanaan operasional dibagi menjadi 2
yaitu :
- Rencana sekali pakai : dikembangkan untuk melaksanakan serangkaian tindakan yang mungkin tidak berulang di masa mendatang
- Program : rencana sekali pakai untuk seragkaian aktivitas yang besar
- Proyek : rencana sekali pakai untuk lingkup yang lebih sempit dan lebih tidak kompleks dibandingkan dengan program
- Rencana tetap : dikembangkan untuk aktivitas yang berulang secara teratur selama suatu periode waktu tertentu
- Kebijakan : rencana tetap yang merinci respons umum organisasi terhadap suatu masalah atau situasi tertentu
- Prosedur operasi standar : rencana tetap yang menguraikan langkah-langkah yang harus diikuti dalam situasi tertentu
- Aturan dan peraturan : rencana tetap yang mendeskripsikan dengan tepat bagaimana aktivitas tertentu dilaksanakan