A. PENYESUAIAN DIRI
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Dalam istilah
psikologi, penyesuaian disebut dengan istilah adjusment. Adjustment merupakan
suatu hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial (Chaplin, 2000:
11). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan
dan lingkungan alam sekitarnya.
Lebih jelas Schneiders (1964: 51) mendefinisikan
penyesuaian diri sebagai berikut:
“A process, involving both mental and behavioral
responses, by which an individual strives to cope successfully with inner,
needs, tensions, frustration, and conflicts, and to effect a degree of harmony
between these inner demands and those imposed on him by objective world in
which the lives”.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan,
dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis
yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang
lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.
Scheneiders
(1964: 51) mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian yang tergolong baik (well
adjusment) ditandai dengan:
- pengetahuan dan tilikan
terhadap diri sendiri,
- obyektivitas diri dan
penerimaan diri,
- pengendalian diri dan
perkembangan diri,
- keutuhan pribadi,
- tujuan dan arah yang jelas,
- perspektif, skala nilai dan
filsafat hidup memadai,
- rasa humor,
- rasa tanggung jawab,
- kematangan respon,
- perkembangan kebiasaan yang
baik,
- adaptabilitas,
- bebas dari respon-respon yang
simptomatis (gejala gangguan mental),
- kecakapan bekerja sama dan
menaruh minat kepada orang lain,
- memiliki minat yang besar dalam
bekerja dan bermain,
- kepuasan dalam bekerja dan
bermain, dan
- orientasi yang menandai
terhadap realitas.
Schneiders (1964: 51) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki penyesuaian
diri yang baik (well adjustment person) adalah mereka dengan segala
keterbatasannya, kemampuannya serta kepribadiannya telah belajar untuk bereaksi
terhadap diri sendiri dan lingkungannya dengan cara efisien, matang,
bermanfaat, dan memuaskan. Efisien artinya bahwa apa yang dilakukan individu
tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan tanpa banyak
mengeluarkan energi, tidak membuang waktu banyak, dan sedikit melakukan
kesalahan. Matang artinya bahwa individu tersebut dapat memulai dengan melihat
dan menilai situasi dengan kritis sebelum bereaksi. Bermanfaat artinya bahwa
apa yang dilakukan individu tersebut bertujuan untuk kemanusiaan, berguna dalam
lingkungan sosial, dan yang berhubungan dengan Tuhan. Selanjutnya, memuaskan
artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut dapat menimbulkan perasaan
puas pada dirinya dan membawa dampak yang baik pada dirinya dalam bereaksi
selanjutnya. Mereka juga dapat menyelesaikan konflik-konflik mental, frustasi
dan kesulitan-kesulitan dalam diri maupun kesulitan yang berhubungan dengan
lingkungan sosialnya serta tidak menunjukkan perilaku yang memperlihatkan
gejala menyimpang.
Selain itu, Schneiders (1964: 52) mengemukakan
penyesuaian diri bersifat relatif, hal tersebut dikarenakan beberapa hal
berikut:
- Penyesuaian
diri merupakan kemampuan individu untuk mengubah atau memenuhi banyaknya
tuntutan yang ada pada dirinya. Kemampuan ini dapat berbeda-beda pada
masing-masing individu sesuai dengan kepribadian dan tahap
perkembangannya.
- Kualitas
penyesuaian diri yang dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi masyarakat
dan kebudayaan tempat penyesuaian diri dilakukan.
- Adanya
perbedaan dari masing-masing individu karena pada dasarnya setiap individu
memiliki saat-saat yang baik dan buruk dalam melakukan penyesuaian diri,
tidak terkecuali bagi individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik
(well adjustment) karena terkadang ia pun dapat mengalami situasi yang
tidak dapat dihadapi atau diselesaikannya.
Variasi Penyesuaian Diri
Schneiders (1964: 429) mengungkapkan setiap individu memiliki pola penyesuaian
yang khas terhadap setiap situasi dan kondisi serta lingkungan yang
dihadapinya. Bagaimana individu menyesuaikan diri di lingkungan rumah dan
keluarganya, di sekolahnya, bagaimana individu dapat menyesuaikan diri dengan
dirinya sendiri, serta cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
menentukan adanya variasi penyesuaian diri (Varietas of Adjustment), artinya
adanya klasifikasi penyesuaian diri yang berdasarkan pada masalah dan situasi
yang dihadapi dan berkaitan dengan tuntutan lingkungan. Empat variasi
penyesuaian diri yang lebih penting dan krusial dalam kehidupan seorang manusia
yaitu:
- Penyesuaian
dengan dirinya sendiri (Personal Adjustment)
- Penyesuaian
sosial (Social Adjustment)
- Penyesuaian
diri dengan pernikahan (Marital Adjustment)
- Penyesuaian
diri dengan pekerjaan (Vocational Adjustment).
Jadi penyesuaian diri merupakan suatu usaha manusia untuk mencapai keharmonisan
pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Proses penyesuaian diri lebih
bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process) dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi yang sehat. Respons penyesuain baik atau buruk, secar
sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau
menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang
lebih wajar.
2. Konsep Penyesuaian Diri
Makna akhir dari hasil pendidikan
seseorang individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat
membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan
pada tuntutan masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu
merupakan organisme yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan.
Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua
dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota
kelompoknya, penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungannya.
Penyesuaian dapat diartikan atau
dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa survive
dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan
relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan
sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau
prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi
syarat. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan
emosional maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat
pada setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Karakteristik penyesuaian diri
terbagi atas 2 macam, yaitu karakteristik penyesuaian diri secara positif dan
karakteristik penyesuaian diri yang salah. Dimana pada penyesuaian diri positif
yaitu individu melakukan hal-hal yang dapat membawa dampak baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sedangkan penyesuaian diri yang salah
adalah individu melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun
orang lain baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri
meliputi kondisi-kondisi fisik (keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf,
kelenjar dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dan lain-lain). Perkembangan dan
kematangan (khususnya kematangan intelektual sosial, moral, dan emosional)
penentu psikologis (pengalaman, belajar, pengkondisian, penentu diri / self-determination,
frustasi dan konflik), kondisi lingkungan (keluarga dan sekolah) dan penentu
kultural (agama). Pemahaman tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri dan bagaimana fungsinya dalam penyesuaian merupakan syarat
untuk memahami proses penyesuaian, kaena penyesuaian tumbuh dari
hubungan-hubungan antara faktor-faktor tersebut dan tuntutan individu.
3. Pertumbuhan Personal
Manusia
merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila
tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan
bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam
lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap
dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak
sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi
sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami
pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang
sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat
mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah
kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap
keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma
tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan
hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun
terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki naluri yang
secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya
apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di
dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang berlaku maka
ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam
kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak
disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan
mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak
disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di
lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi
yang cuek.
- Penekanan pertumbuhan,
penyesuain diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal.
Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan
dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip
orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi
meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip
totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun
bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan.
- Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil
dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar
dirinya.
- Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat
dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat
kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen
(Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya
lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam
aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.”
(Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers,
yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik.
B. STRESS
1.
Stress Efek "General Syndrom Adaption"
Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga
dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang
dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut
terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan
dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari
dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja
mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson
(1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan
segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress
berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa
stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997),
stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress
dapat diartikan sebagai:
- Suatu
tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis,
yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau
kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang
berlebihan terhadap seseorang.
- Sebagai
suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau
proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan
dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah
konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja.
Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada
faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres
bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap
reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai
oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian
Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor
fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel (
1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem
organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam
sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk
menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari
reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress
diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang
ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut
jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan
akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak
mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat
diartikan sebagai:
- Stimulus,
yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan
stress atau disebut juga dengan stressor.
- Respon,
yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat
secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah
tersinggung.
Proses,
yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif
dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi. Jadi, stress dapat mempengaruhi
fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang
berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu
tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan
stress yang sedang dihadapinya.
Respon
Fisiologis Terhadap Stress
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh
terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation
Syndrome (GAS).
1. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat
ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap
cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
- respon
bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
- respon
yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
- respon
bersifat restorative.
- respon bersifat
jangka pendek dan tidak terus menerus.
Mungkin anda bertanya, “ apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?”. sebenarnya
respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti
yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon
inflamasi respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini
memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi
dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi
dibagi kedalam 3 fase :
- Fase
pertama : adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan
penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan
teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam
memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan
yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
- Fase
kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang
telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
- Fase
ketiga : Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon
refleks nyeri respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi
tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan
dengan benda tajam.
Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan respon
fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya
adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS
sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
2. General Adaptation Syndrom (GAS)
·
Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer
dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya
tahan tubuh menurun. Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan
dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah
dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk
meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk
keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan
denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan
ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “
respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit
sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase
resistensi.
·
Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan
kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau
normal
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac
out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini
berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu
tersebut akan jatuh pada tahap terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
·
Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada
fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri
terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri
koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan
dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu
lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap
stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
2. Faktor Penyebab Stress
Faktor stres bereaksi
secara berbeda dari orang ke orang sebagai situasi stres yang ekstrim bagi
seorang individu mungkin terbukti menjadi ringan bagi orang lain. Gejala stres
sebagian tergantung pada sifat dari stressor itu sendiri dan sebagian pada
sumber daya pribadi Anda dan eksternal.
- Beberapa
faktor sosial penyabab stress.
Sebuah lingkungan yang tidak aman, polusi, kebisingan,
dan kondisi kehidupan tidak nyaman dapat menghasilkan situasi stres (respon
penerbangan) hormon dan bahan kimia tetap dirilis di aliran darah untuk
jangka waktu yang panjang. Ini hasil dalam gejala stres fisik terkait seperti
otot tegang, kecemasan tidak fokus, pusing dan tingkat peningkatan nadi. Bagi
orang-orang yang tinggal di daerah yang dilanda perang, stres mungkin tak
henti-hentinya.
Hubungan menuntut kesehatan mental. Masalah
dengan teman dan anggota keluarga adalah penyebab stres yang valid.
Perselisihan perkawinan, hubungan disfungsional, remaja pemberontak, atau
merawat anggota keluarga yang sakit kronis-atau anak dengan kebutuhan
khusus memaksa pikiran dan tubuh berada di hampir konstan alarm-negara dalam
persiapan untuk melawan atau melarikan diri. Hal ini juga dapat meningkatkan
risiko penyakit psikosomatis akut dan kronis dan melemahkan sistem
kekebalan tubuh manusia.
Tekanan di tempat kerja Dalam karir-didorong kerja
masyarakat kita dapat menjadi sumber stres. Stres kerja disebabkan oleh hal-hal
seperti ketidakpuasan kerja, cukup membayar, politik kantor, tenggat waktu
pertemuan, dan konflik dengan rekan kerja. Faktor-faktor ini dapat memicu
kondisi stres.
Situasi sosial dapat menyebabkan stres. Kemiskinan,
tekanan keuangan, ras dan diskriminasi seksual atau pelecehan, isolasi, dan
kurangnya dukungan sosial yang merugikan semua perasaan diinduksi dan
kecemasan.
- Faktor
individual penyebab stress.
Stres juga dapat dihasilkan sendiri. Internal penyebab
stres mencakup sikap pesimis, harga diri yang rendah, kemarahan yang berlebihan
atau tersembunyi, kurangnya ketegasan, harapan yang tidak realistis dari orang
lain dan Self-kritik.
3. Tipe-Tipe Stress Psikologi
Manusia
berespon terhadap stress secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat
memisahkan secara sangat tegas bentuk-bentuk stress. Stress biologis misalnya,
adanya infeksi bakteri, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula
suatu stress psikologis misalnya, kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap
kesejahteraan fisik. Meski demikian , dapat disebutkan beberapa tipe stress
psikologis yang sering terjadi bersamaan, diantaranya adalah :
Kita dapat
mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri atau keduanya. Ambisi personal
bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak
diluar diri.
Konflik
terjadi ketika kita berada dibawah tekanan untuk merespon simultan terhadap dua
atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
Konflik
menjauh-menjauh : Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak
disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi enggan
mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
Konflik
mendekat-mendekat : Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama
diinginkannya. Misalnya ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti,
tetapi pada saat sama juga ada film yang sangat menarik untuk ditonton.
Konflik
mendekat - menjauh : terjadi ketik individu terjerat dalam situasi dimana ia
tertarik sekaligus ingin menghindardari situasi tertentu. Ini adalah bentuk
konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus
lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berfikir tentang apakah akan
segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena
pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh
bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Disisi lain,
ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan menganggu relasi
suami- istri, dan lain sebagainya.
Frustasi
terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
a. Bila kita
telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustasi.
b. Bila kita
sedang dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhamabt untuk
melakukan sesuatu (misal jalan macet) kita juga dapat merasa frustasi.
c. Bila kita
sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar butuh makan) dan sesuatu itu tidak
bisa diperoleh kita juga mengalami frustasi.
Khawatir,
gelisah, takut, dan perasaan semacamnya itu merupakan suatu tanda atau sinyal
seseorang mengalami kecemasan. Biasanya timbul karena adanya rasa kurang
nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.
4. Symptom
Reducing Responses terhadap Stress
1.
Pengertian symptom - reducing responses terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang
mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan.
Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing
dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang
ada.
2. Mekanisme
Pertahanan Diri
Indentifikasi
adalah suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
Seorang
individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan
kepuasaan dibidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang
Matematika, namun prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
- Overcompensation
/ Reaction Formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
Sublimasi
adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam
menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif.
Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan
derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi
petinju atau tukang potong hewan.
Proyeksi
adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada
objek diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.
Mutu Proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namu n ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
Introyeksi
adalah memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain.
Misalnya seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria
tersebut ke dalam pribadinya.
Secara
singkat mengalihkan koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik.
Misalnya belum belajar saat menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya
menjadi pucat berkeringat.
Represi
adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan
ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya
seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh
bosnya tadi siang.
Supresi
yaitu menekan konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu
tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan
berkata "Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi."
Denial
adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Misalnay seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi
pantangannya.
Regresi
adalah mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia
menarik diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh
karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
Fantasi
adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memilki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
Adalah
perilaku seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain
dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunya dengan bolos sekolah.
- Sikap
Mengritik Orang Lain
Bentuk
pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku
ini termasuk perilaku agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
3. Strategi
Coping untuk Mengatasi Stress
- Menghilangkan
stress mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah.
Menurut Lazurus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk,
yaitu :
- Coping
yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah
istilah Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau
coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan
berusaha menyelesaikannya.
- Coping
yang berfokus pada emosi (problem focused coping) adalah isitlah
Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman individu memberikan respon
terhadad situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan
penialaian defensif.
- Strategi
Penanganan stress denagn mendekat dan menghindar
- Strategi
mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk
memahami penyebab stress dan usaha untuk mengahadapi penyebab stress
tersebut dengan cara mengahadapi penyebabnya atau konsekuensi yang
ditimbulkannya secara langsung.
- Strategi
menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk
menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stress dan usaha yang muncul
dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab
stress.
5.
Pendekatan Problem Solving terhadap Stress
Salah satu cara dalam menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback,
tekniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress
kemudian belajar untuk menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat
yang sangat rumit sebagai Feedback.
Melakukan
sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana
keadaan diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini
akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah pada
Tuhan).
Meningkatkan
Toleransi Stress
Menigkatkan
toleransi terhadap stress dengan cara menigkatkan keterampilan / kemampuan diri
sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya secara psikis : menyadarkan
diri sendiri bahwa stress memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan
dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intesitas yang berbeda.
Secara fisik : mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton
acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan
tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.